RSS

Cerita cinta


Senyumnya adalah bagian yang paling kuhapal. Setiap hari kunikmati senyum itu sebagai salah satu pasokan energiku. Kali ini pun tetap sama, ketika kupandangi ia yang sedang menulis sesuatu di kertasnya. Matanya sesekali mengarah padaku, ia menyimpulkan senyum itu lagi.

Aku yang sedang menggambar sketsa wajahnya, memerhatikan setiap lekuk pahatan tangan Tuhan. Detail wajahnya tak kulewati seinci pun. Hidungnya yang tak terlalu mancung, pipi dan rahang yang tegas, dan bentuk bibirnya yang mencuri perhatian siapapun saat menatap lengkungan senyum itu. Aku penggemarnya, seseorang yang mencintainya tanpa banyak ucap, namun dengan tindakan yang nyata.

Secara terang-terangan, seringkali aku tak pernah bilang cinta, namu selalu kutunjukan rasa. Entah lewat sentuhan, perhatian, dan caraku membangun percakapan. Aku mencintainya. Terlalu mencintainya. Sampai-sampai aku tak sadar bahwa kedekatan kita semakin tak terkendalikan, meskipun semua singkat, tapi rasanya cinta begitu terburu-buru mengetuk pintu hatiku.

Betapa kami sangat bahagia cukup dengan seperti. Betapa cara sederhana bisa membuat aku dan dia merasa tak butuh apa-apa lagi, selain kebersamaan dan takut akan rasa kehilangan.

Aku yang menunduk dan masih menggambar, jadi salah tingkah ditatap dengan tatapan seperti. Ia arahkan jemarinya ke atas kepalaku dan membelai rambutku. Aku tak tahu maksud dari sendtuhan itu, entah mengapa seketika tubuhku tak bisa memberi banyak tanggapan atas sentuhannya. Aku merasakan adanya cinta dalam setiap sentuhannya.

"Bagi orang yang ingin membahagiakanmu, tak akan pernah ada luka, meskipun cinta yang ia tunjukkan begitu lambat kaurasakan. Ketika tulus mencintai seseorang, ia melakukan banyak hal karena ia mencintaimu, bukan karena ia memikirkan apa yang akan ia dapatkan ketika ia mencintaimu. Begitu manisnya cinta, lebih manis lagi jika tak hanya satu orang yang berjuang untuk membahagiakan, harus saling membahagiakan."

Ia menikmati gambarku dengan senyuman memesona, senyum yang paling kucintai dan kukagumi. Gambarku adalah sosoknya yang kujadikan sketsa di kertas A4. aku tak melewatkan detail wajahnya yang indah dan penuh ketulusan. Hidungnya yang kurang mancung, rahangnya yang tegas juga bibirnya yang menggemaskan. Aku menebak wajahnya yang terharu ketika karya itu kuberi judul Masa Depan.

Untukmu pria dengan senyum mempesona, dengan kacamata saat kamu bekerja
Dari seseorang yang selalu memperhatikanmu
Copyright 2009 My Inspiration. All rights reserved.
Bread Machine Reviews | watch free movies online by Blogger Templates